Rabu, 11 November 2015
MUSIBAH MINA DAN REKAYASA MEDIA ALA ARRAHMAHNEWS.COM
Peristiwa
terinjak-injaknya para jamaah haji di Mina hingga menyebabkan ratusan korban
meninggal dunia sontak menjadi
pemberitaan di hampir seluruh media, termasuk di Tanah Air. Semua media seolah
berlomba untuk menyajikan berita terbaru dari peristiwa itu. Sayangnya, tidak
semua media berlaku jujur dan adil dalam memberitakan peristiwa itu. Sebagian
media, terutama media-media anti Islam dan pro Syi’ah, menjadikan peristiwa ini
sebagai bahan untuk menyudutkan pemerintahan Arab Saudi.
Di antara situs
berita yang sangat gencar memberitakan musibah Mina dengan nada negatif itu adalah
situs www.arrahmahnews.com. Sebuah
situs yang penamaannya dibuat mirip dengan situs berita www.arrahmah.com.,
situs Islam yang sudah lebih dahulu muncul.
Dalam
pemberitaannya, situs ini terlihat begitu agresif menyudutkan pemerintah Arab
Saudi terkait musibah Mina. Bahkan sampai berani membuat kebohongan dan fitnah
dengan menampilkan data-data yang masih lemah dan tidak bisa
dipertanggungjawabkan dari sisi etika jurnalistik. Diantara beberapa kebohongan
dan fitnah yang mereka munculkan adalah:
Memuat Video
Tahun 2012
www.arrahmahnews.com memuat sebuah video
tentang konvoi Wakil Putra Mahkota Saudi sekaligus Menteri Pertahanan Kerajaan,
Muhammad bin Salman di tengah kerumunan jama’ah haji. Berita yang berjudul “Wakil
Putra Mahkota Saudi Sumber Malapetaka Mina; Video” itu melaporkan bahwa konvoi
tersebut menjadi penyebab kepanikan luar biasa jutaan jama’ah haji, dan membuat
mereka berdesak-desakan hingga terinjak-injak dan menewaskan banyak korban.
Konvoi
besar-besaran Muhammad bin Salman Al-Saud, putra raja sekaligus wakil putra
mahkota yang terdiri dari 3.500 pasukan keamanan, termasuk 200 tentara dan 150
polisi, tulis mereka, menerobos masuk di antara para peziarah yang sedang
bergerak maju untuk melakukan ritual melempar jumrah, dan menyebabkan kepanikan
luar biasa diantara para jama’ah haji yang sedang bergerak ke arah yang
berlawanan sehingga menyebabkan peristiwa desak-desakan yang berujung pada
kematian tersebut. Media ini mengutip surat kabar al-Diyar, sebuah surat kabar
yang bertempat di Libanon.
Pemberitaan ini
pun dikutip oleh beberapa media nasional, di antaranya TV One, jaringan berita
Jawa Pos dan beberapa media lainnya. TV One menampilkan video tersebut persis
seperti yang dimuat oleh arrahmahnews.com.
Padahal
sesungguhnya, video "Wakil Putra Mahkota Saudi Sumber Malapetaka
Mina" itu adalah rekaman peristiwa Haji tahun 2012 yang diupload ulang ke Youtube oleh
www.arrahmahnews.com yang kemudian mereka klaim sebagai video peristiwa Mina 24
September 2015, kemudian digunakan untuk menuduh Wakil Putra Mahkota Saudi
Sumber Malapetaka Mina. Sementara ketika konvoi itu terjadi pada tahun 2012,
sama sekali tidak menimbulkan masalah, apalagi sampai menyebabkan jatuhnya
korban hingga berjumlah ribuan orang jamaah haji.
Setelah mendapat
protes dari berbagai pihak akhirnya TV ONE mencabut video tersebut dan membuat
klarifikasi.
"1. Terkait
video tayangan musibah Mina dari youtube tahun 2012 sudah dicabut.
@karniilyas," tulis TV ONE melalui akun twitternya @tvOneNews, Minggu
(27/9/2015).
"2. Dan
sudah terklarifikasi dalam program Apa Kabar Indonesia Malam, Sabtu, 26
September 2015 @karniilyas," lanjut pihak TV ONE yang dimentionkan ke
Karni Ilyas selaku Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi TV One News.
Sayangnya
langkah TV One ini tidak diikuti oleh media lainya, termasuk oleh
arrahmahnews.com.
Apa yang
dilakukan oleh media-media di atas dapat digolongkan dalam berita bohong.
Menurut Drs. A.M. Hoeta Soehoet dalam bukunya Dasar-Dasar Jurnalistik, berita
bohong adalah berita yang tidak berdasarkan fakta, tetapi hasil karangan
reporter belaka. Jadi berita bohong tidak mengandung fakta tetapi reporter
berusaha meyakinkan pembaca/penonton
(komunikan) bahwa berita tersebut mengandung fakta.
Menurut Kode
Etik Jurnalistik PWI Pasal 3 ayat 6, kata beliau, berita bohong tidak boleh
dimuat. Jika dimuat, hal itu merupakan pelanggaran berat terhadap profesi
wartawan karena akan merugikan pembaca dan orang yang diberitakan. Karena itu,
seorang wartawan atau surat kabar hendaklah selalu menyajikan berita yang
benar. Sekali pembaca dibohongi oleh wartawan media massa apa saja, akan sulit
memulihkan kepercayaannya. (Drs. A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik,
hal. 38)
Menampilkan
Data Informan yang Tidak Jelas
Kebohongan lain
yang dimuat arrahmahnews.com adalah sebuah berita dengan judul “Saksi Mata;
Arab Saudi Sengaja Lakukan Pembiaran Tragedi Mina”. Sebagai pengunjung kita
mungkin penasaran dengan isi berita tersebut di tengah fakta sesungguhnya yang
belum ditemukan. Namun sayangnya, ketika pengunjung membaca isi beritanya,
ternyata di sana tidak ada yang istimewa. Bahkan saksi mata yang disebut-sebutk
dalam berita itu tidak jelas siapa namanya dan dari mana asalnya.
Berikut
kutipannya, “Jaringan berita nilenet memberitakan pada hari Selasa (29/9),
mengenai laporan saksi mata yang menyatakan bahwa kelalaian yang disengaja dan
serius dari para pekerja bantuan Arab Saudi dalam tragedi Mina saat Idul Adha
kemarin, dalam memberikan pelayanan medis adalah penyebab utama meningkatnya
jumlah korban hingga mencapai 4.173 orang. Para saksi mata percaya meskipun
peristiwa desak-desakan terjadi pada pukul 8 di pagi hari dan pada saat itu
pekerja bantuan hadir di lokasi, mereka sengaja mulai melayani para korban pada
pukul 12 di siang hari. Penundaan tentu memainkan peran dalam melonjaknya korban
hingga mencapai 4.173 orang sebagaimana diungkapkan oleh wakil menteri
Kesehatan Saudi.” (http://arrahmahnews.com/2015/10/01/saksi-mata-arab-saudi-sengaja-lakukan-pembiaran-tragedi-mina/)
Berita
Bercampur-baur Opini
Tidak hanya
sampai di situ, pemberitaan kejadian ini juga diselingi dengan opini penulis
beritanya. Padahal sebuah berita harus murni berisi fakta di lapangan, bukan
opini wartawannya. Arrahmahnews.com menulis, “Para pejabat Saudi selalu
menegaskan kewaspadaan mereka dalam melayani ritual haji namun laporan saksi
mata dari Mina membuktikan bencana itu bukan insiden, tapi kejahatan yang telah
direncanakan.”
Laporan saksi
mata ini juga, lanjutnya, menguatkan dugaan adanya berbagai rencana besar
dibalik dikorbankannya ribuan jama’ah haji melalui tragedi Mina, yang
diantaranya meliputi, penculikan beberapa diplomat tinggi Iran, kudeta dibalik
layar terhadap putra mahkota Muhammad bin Nayef, hingga pengalihan Isu terhadap
meningkatnya upaya Israel menguasai Masjidil Aqsa. (http://arrahmahnews.com/2015/10/01/saksi-mata-arab-saudi-sengaja-lakukan-pembiaran-tragedi-mina/)
Dalam asas Kode
Etik Jurnalistik, disebutkan dalam asas profesionalitas bahwa: “Hal lain yang
ditekankan kepada wartawan dan pers dalam asas ini adalah harus menunjukkan
identitas kepada narasumber, dilarang melakukan plagiat, tidak mencampurkan
fakta dan opini, menguji informasi yang didapat, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang , dan off the record, serta pers harus segera
mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat dengan permohonan
maaf.”
Dengan demikian,
menurut kaca mata etika jurnalistik terdapat sejumlah kesalahan mendasar yang
dilakukan arrahmahnews.com. Karena jika sebuah media sudah terjun dalam dunia
pemberitaan, maka tidak boleh tidak dia juga harus memahami kaidah-kaidah dasar
keilmuan jurnalistik. Jika tidak, kualitas pemberitaan media tersebut
dipertanyakan.
Selain itu,
arrahmahnews.com juga dalam pemberitaannya tidak mengikuti kode etik
jurnalistik yang seharusnya mesti ditaati. Kode etik layaknya rambu-rambu jalan
yang harus ditaati setiap pengendara di jalan. Jika dia mengabaikannya, apalagi
secara sengaja melanggarnya maka akan mengakibatkan kekacauan bahkan musibah.
Yang menarik,
sebagian kalangan menilai bahwa situs www.arrahmahnews.com
ini sesungguhnya adalah situs buatan kelompok Syi’ah yang bertujuan untuk
menyebarkan faham mereka dan berusaha membuat citra negatif terhadap kelompok
sunni, termasuk pemerintahan Arab Saudi yang selama ini dikenal bersikap keras
terhadap kelompok Syi’ah. Maka tidak heran jika dalam kasus peristiwa Mina ini,
mereka begitu gencar membangun opini jelek tentang pemerintahan Arab Saudi bahkan dengan
menampilkan kebohongan dan fitnah sekalipun.
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: