Download this Blogger Template by Clicking Here!

Ad 468 X 60

Rabu, 11 November 2015

Widgets

MUSIBAH MINA DAN REKAYASA MEDIA ALA ARRAHMAHNEWS.COM

Peristiwa terinjak-injaknya para jamaah haji di Mina hingga menyebabkan ratusan korban meninggal  dunia sontak menjadi pemberitaan di hampir seluruh media, termasuk di Tanah Air. Semua media seolah berlomba untuk menyajikan berita terbaru dari peristiwa itu. Sayangnya, tidak semua media berlaku jujur dan adil dalam memberitakan peristiwa itu. Sebagian media, terutama media-media anti Islam dan pro Syi’ah, menjadikan peristiwa ini sebagai bahan untuk menyudutkan pemerintahan Arab Saudi. 
Di antara situs berita yang sangat gencar memberitakan musibah Mina dengan nada negatif itu adalah situs www.arrahmahnews.com. Sebuah situs yang penamaannya dibuat mirip dengan situs berita  www.arrahmah.com., situs Islam yang sudah lebih dahulu muncul.
Dalam pemberitaannya, situs ini terlihat begitu agresif menyudutkan pemerintah Arab Saudi terkait musibah Mina. Bahkan sampai berani membuat kebohongan dan fitnah dengan menampilkan data-data yang masih lemah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan dari sisi etika jurnalistik. Diantara beberapa kebohongan dan fitnah yang mereka munculkan adalah:

Memuat Video Tahun 2012
www.arrahmahnews.com memuat sebuah video tentang konvoi Wakil Putra Mahkota Saudi sekaligus Menteri Pertahanan Kerajaan, Muhammad bin Salman di tengah kerumunan jama’ah haji. Berita yang berjudul “Wakil Putra Mahkota Saudi Sumber Malapetaka Mina; Video” itu melaporkan bahwa konvoi tersebut menjadi penyebab kepanikan luar biasa jutaan jama’ah haji, dan membuat mereka berdesak-desakan hingga terinjak-injak dan menewaskan banyak korban.
Konvoi besar-besaran Muhammad bin Salman Al-Saud, putra raja sekaligus wakil putra mahkota yang terdiri dari 3.500 pasukan keamanan, termasuk 200 tentara dan 150 polisi, tulis mereka, menerobos masuk di antara para peziarah yang sedang bergerak maju untuk melakukan ritual melempar jumrah, dan menyebabkan kepanikan luar biasa diantara para jama’ah haji yang sedang bergerak ke arah yang berlawanan sehingga menyebabkan peristiwa desak-desakan yang berujung pada kematian tersebut. Media ini mengutip surat kabar al-Diyar, sebuah surat kabar yang bertempat di Libanon.
Pemberitaan ini pun dikutip oleh beberapa media nasional, di antaranya TV One, jaringan berita Jawa Pos dan beberapa media lainnya. TV One menampilkan video tersebut persis seperti yang dimuat oleh arrahmahnews.com.
Padahal sesungguhnya, video "Wakil Putra Mahkota Saudi Sumber Malapetaka Mina" itu adalah rekaman peristiwa Haji tahun 2012 yang  diupload ulang ke Youtube oleh www.arrahmahnews.com yang kemudian mereka klaim sebagai video peristiwa Mina 24 September 2015, kemudian digunakan untuk menuduh Wakil Putra Mahkota Saudi Sumber Malapetaka Mina. Sementara ketika konvoi itu terjadi pada tahun 2012, sama sekali tidak menimbulkan masalah, apalagi sampai menyebabkan jatuhnya korban hingga berjumlah ribuan orang jamaah haji.
Setelah mendapat protes dari berbagai pihak akhirnya TV ONE mencabut video tersebut dan membuat klarifikasi.
"1. Terkait video tayangan musibah Mina dari youtube tahun 2012 sudah dicabut. @karniilyas," tulis TV ONE melalui akun twitternya @tvOneNews, Minggu (27/9/2015).
"2. Dan sudah terklarifikasi dalam program Apa Kabar Indonesia Malam, Sabtu, 26 September 2015 @karniilyas," lanjut pihak TV ONE yang dimentionkan ke Karni Ilyas selaku Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi TV One News.
Sayangnya langkah TV One ini tidak diikuti oleh media lainya, termasuk oleh arrahmahnews.com.
Apa yang dilakukan oleh media-media di atas dapat digolongkan dalam berita bohong. Menurut Drs. A.M. Hoeta Soehoet dalam bukunya Dasar-Dasar Jurnalistik, berita bohong adalah berita yang tidak berdasarkan fakta, tetapi hasil karangan reporter belaka. Jadi berita bohong tidak mengandung fakta tetapi reporter berusaha meyakinkan  pembaca/penonton (komunikan) bahwa berita tersebut mengandung fakta.
Menurut Kode Etik Jurnalistik PWI Pasal 3 ayat 6, kata beliau, berita bohong tidak boleh dimuat. Jika dimuat, hal itu merupakan pelanggaran berat terhadap profesi wartawan karena akan merugikan pembaca dan orang yang diberitakan. Karena itu, seorang wartawan atau surat kabar hendaklah selalu menyajikan berita yang benar. Sekali pembaca dibohongi oleh wartawan media massa apa saja, akan sulit memulihkan kepercayaannya. (Drs. A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik, hal. 38)

Menampilkan Data Informan yang Tidak Jelas
Kebohongan lain yang dimuat arrahmahnews.com adalah sebuah berita dengan judul “Saksi Mata; Arab Saudi Sengaja Lakukan Pembiaran Tragedi Mina”. Sebagai pengunjung kita mungkin penasaran dengan isi berita tersebut di tengah fakta sesungguhnya yang belum ditemukan. Namun sayangnya, ketika pengunjung membaca isi beritanya, ternyata di sana tidak ada yang istimewa. Bahkan saksi mata yang disebut-sebutk dalam berita itu tidak jelas siapa namanya dan dari mana asalnya.
Berikut kutipannya, “Jaringan berita nilenet memberitakan pada hari Selasa (29/9), mengenai laporan saksi mata yang menyatakan bahwa kelalaian yang disengaja dan serius dari para pekerja bantuan Arab Saudi dalam tragedi Mina saat Idul Adha kemarin, dalam memberikan pelayanan medis adalah penyebab utama meningkatnya jumlah korban hingga mencapai 4.173 orang. Para saksi mata percaya meskipun peristiwa desak-desakan terjadi pada pukul 8 di pagi hari dan pada saat itu pekerja bantuan hadir di lokasi, mereka sengaja mulai melayani para korban pada pukul 12 di siang hari. Penundaan tentu memainkan peran dalam melonjaknya korban hingga mencapai 4.173 orang sebagaimana diungkapkan oleh wakil menteri Kesehatan Saudi.” (http://arrahmahnews.com/2015/10/01/saksi-mata-arab-saudi-sengaja-lakukan-pembiaran-tragedi-mina/)

Berita Bercampur-baur Opini
Tidak hanya sampai di situ, pemberitaan kejadian ini juga diselingi dengan opini penulis beritanya. Padahal sebuah berita harus murni berisi fakta di lapangan, bukan opini wartawannya. Arrahmahnews.com menulis, “Para pejabat Saudi selalu menegaskan kewaspadaan mereka dalam melayani ritual haji namun laporan saksi mata dari Mina membuktikan bencana itu bukan insiden, tapi kejahatan yang telah direncanakan.”
Laporan saksi mata ini juga, lanjutnya, menguatkan dugaan adanya berbagai rencana besar dibalik dikorbankannya ribuan jama’ah haji melalui tragedi Mina, yang diantaranya meliputi, penculikan beberapa diplomat tinggi Iran, kudeta dibalik layar terhadap putra mahkota Muhammad bin Nayef, hingga pengalihan Isu terhadap meningkatnya upaya Israel menguasai Masjidil Aqsa. (http://arrahmahnews.com/2015/10/01/saksi-mata-arab-saudi-sengaja-lakukan-pembiaran-tragedi-mina/)
Dalam asas Kode Etik Jurnalistik, disebutkan dalam asas profesionalitas bahwa: “Hal lain yang ditekankan kepada wartawan dan pers dalam asas ini adalah harus menunjukkan identitas kepada narasumber, dilarang melakukan plagiat, tidak mencampurkan fakta dan opini, menguji informasi yang didapat, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang , dan off the record, serta pers harus segera mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat dengan permohonan maaf.”
Dengan demikian, menurut kaca mata etika jurnalistik terdapat sejumlah kesalahan mendasar yang dilakukan arrahmahnews.com. Karena jika sebuah media sudah terjun dalam dunia pemberitaan, maka tidak boleh tidak dia juga harus memahami kaidah-kaidah dasar keilmuan jurnalistik. Jika tidak, kualitas pemberitaan media tersebut dipertanyakan.
Selain itu, arrahmahnews.com juga dalam pemberitaannya tidak mengikuti kode etik jurnalistik yang seharusnya mesti ditaati. Kode etik layaknya rambu-rambu jalan yang harus ditaati setiap pengendara di jalan. Jika dia mengabaikannya, apalagi secara sengaja melanggarnya maka akan mengakibatkan kekacauan bahkan musibah.
Yang menarik, sebagian kalangan menilai bahwa situs www.arrahmahnews.com ini sesungguhnya adalah situs buatan kelompok Syi’ah yang bertujuan untuk menyebarkan faham mereka dan berusaha membuat citra negatif terhadap kelompok sunni, termasuk pemerintahan Arab Saudi yang selama ini dikenal bersikap keras terhadap kelompok Syi’ah. Maka tidak heran jika dalam kasus peristiwa Mina ini, mereka begitu gencar membangun opini jelek tentang  pemerintahan Arab Saudi bahkan dengan menampilkan kebohongan dan fitnah sekalipun.




SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →

0 komentar: